Ekonomi Kls 11 Pendapatan Nasional 3.1.2 (pertemuan 28 Juli 2020)

Pertemuan Ke-2

 

PENDAPATAN NASIONAL

 

 

 

 

Metode Penghitungan Pendapatan Nasional :

Untuk bisa menentukan jumlah atau besar dari nilai pendapatan nasional, salah satu caranya adalah dengan menggunakan metode perhitungan pendapatan nasional.Di samping itu, metode ini juga berguna untuk menjadi alat menilai dan evaluasi kinerja para sumber daya manusianya, serta mengukut produktivitas negaranya.Dengan begitu, kita pun jadi tahu apakah suatu negara benar-benar berkembang—dan, jika iya, seberapa besar perkembangannya.

Ada 3 metode perhitungan yang bisa digunakan untuk mencari tahu jumlah atau nilai dari pendapatan nasional tersebut. Metode-metode ini antara lain metode perhitungan dengan pendekatan produksi, pendekatan pengeluaran dan pendekatan pemasukan

1.              Pendekatan Pengeluaran

Metode perhitungan dengan pendekatan pengeluaran ini dilakukan dengan cara menjumlahkan seluruh pengeluaran berbagai sektor ekonomi, yakni rumah tangga, pemerintah, perusahaan dan masyarakat luar negeri suatu negara pada periode tertentu.

Pengeluaran dari berbagai sektor ekonomi dibagi menjadi beberapa jenis. Jenis-jenis pengeluaran ini terdiri dari:

·       Pengeluaran untuk konsumsi (Consumption=C)

·       Pengeluaran untuk investasi Investment=I)

·       Pengeluaran untuk pemerintah (Government=G)

·       Pengeluaran untuk ekspor  dan impor

Berikut adalah rumus pendekatan pengeluaran:

Y = C + I + G + ( X – M )

Keterangan:

Y         = Pendapatan nasional

C         = Consumption ( konsumsi rumah tangga )

I           = Investment ( investasi )

G         = Government expenditure ( pengeluaran pemerintah )

X         = Ekspor

M         = Impor 

Contoh :

Dalam suatu negara, selama satu tahun diketahui pengeluaran pemerintah  sebesar Rp250 milyar sedangkan  total eksport Rp70 milyar, konsumsi masyarakat Rp 125 milyar, impor Rp 25 milyar dan investasi sejumlah Rp150 milyar. Perhitungan pendapatan nasional dihitung sbb:

Y         = C + I + G + ( X – M )

                          125 milyar + 150 milyar + 250 milyar (70 milyar - 25 milyar)

                        = 570 milyar

2.              Pendekatan Pendapatan(Income Approach)

Metode pendekatan pendapatan (income a product) memperoleh besaran pendapatan nasional dengan cara menjumlahkan pendapatan dari berbagai faktor produksi yang memberikan sumbangan terhadap proses produksi.

Dengan kata lain, metode ini mendapatkan hasil dari penjumlahan seluruh penerimaan yang diterima oleh pemilik faktor produksi dalam suatu negara selama satu periode tertentu atau satu tahun.

Apa saja yang termasuk ke dalam faktor produksi? Adapun hal-hal yang termasuk ke dalam faktor produksi, antara lain:

·         Tenaga kerja dapat memperoleh gaji/upah

·         Pemilik modal akan mendapat bunga

·         Pemilik tanah dapat memperoleh sewa

·         Keahlian atau skill dapat memperoleh laba

 

Rumus pendekatan pendapatan sebagai berikut: 

 

Y = r + w + i + p

Keterangan:

Y (Yield)          = Pendapatan Nasional

r  (rent)            = Pendapatan dari upah, gaji, dan lainnya

w (wages)        = Pendapatan bersih dari sewa

i(interest)         = Pendapatan dari bunga

p(profit)           = Pendapatan dari keuntungan perusahaan dan usaha perorangan

 

Tabel 1

Faktor Produksi

Faktor Produksi

Balas Jasa

Simbol

Tanah

Sewa

r (rent)

Tenaga Kerja

Upah/Gaji

w (wages)

Modal

Bunga

i (interest)

Skill

Laba

p (profit)

Contoh :

Diketahui data pendapatan sebagai berikut (dalam miliar rupiah)

Sewa tanah                            Rp  60.000,00
Upah                                   
Rp 350.000,00
Bunga Modal           
            Rp  50.000,00
Laba Usaha                        
  Rp  30.000,00

Hitunglah pendapatan nasional menurut pendekatan pendapatan.

Jawab :

Y = r + w + i +  p
Y = 60.000 + 350.000 + 50.000 + 30.000
  = Rp. 490.000,00

3.              Pendekatan Produksi(Production Approach)

Kegiatan yang menciptakan nilai tambah (added value) disebut juga kegiatan produksi.Oleh karena itu, metode ini hanya mencakup perhitungan nilai tambah pada setiap sektor/lahan produksi. Melalui pendekatan ini, pendapatan nasional dapat dihitung dengan cara menjumlahkan nilai tambah dari seluruh sektor produksi selama satu periode tertentu atau satu tahun.

Apakah nilai tambah yang dimaksud di sini? Nilai tambah adalah selisih antara nilai produksi (nilai output) dengan biaya antara (nilai input), yang terdiri atas bahan yang terlibat dalam proses produksi, termasuk bahan baku dan bahan penolong.

 

Rumus pendekatan peroduksi sebagai berikut: 

 

Y=(P1X Q1)+(P2X Q2)+….(PnX Qn)

 

Keterangan :

Y= Pendapatan nasional

P1= harga barang ke-1             Pn= harga barang ke-n

Q1= jenis barang ke-1             Qn= jenis barang ke-n

 

Mengapa yang dihitung hanya niklai tambahnya. Begini penjelasannya:

Untuk memproduksi pakaian harus diproduksi terlebih dahulu kain, benang dan kapas. Jika kita menjumlahkan nilai akhir produksi setiap komponen, maka akan terjadi penghitungan ganda (double accounting). Mengapa ?Hal ini disebabkan karena dalam nilai akhir pakaian sudah terkandung nilai kain, dalam nilai akhir kain sudah terkandung nilai akhir benang dan seterusnya. Oleh karena itu, untuk memperoleh nilai total produk yang dihasilkan suatu negara harus dilihat dari nilai tambahnya. Mari kita lihat contoh perhitungan nilai tambah berikut : 

 

Tabel 1.2

Perhitungan Pendapatan Nasional

Komoditas

Nilai Produksi

Nilai Tambah

Kapas

Rp 20.000,00

Rp 20.000,00

Benang

Rp 25.000,00

Rp 5.000,00

Kain

Rp 30.000,00

Rp 5.000,00

Pakaian

Rp 40.000,00

Rp 10.000,00

Jumlah

Rp 115.000,00

Rp 40.000,00

 

Contoh :

Misalnya harga ikan tuna adalah Rp2000,- per ekor. Ikan tuna tersebut kemudian dijual ke perusahaan A untuk diolah menjadi produk lain dan diberi harga Rp5000,-. Ikan tuna yang telah diolah tersebut kemudian dijual ke perusahaan B dengan harga Rp10.000,- untuk dijadikan produk baru. Maka perhitungan pendapatan nasionalnya adalah ;

Unit Ekonomi Nilai setiap barang ditambah :
Nelayan 2000
                        
Perusahaan A 3000
               
Perusahaan B 5000
               
Total Nilai Tambah
: 2.000 + 3.000 + 5.000 = 10.000

Dari penjelasan ilustrasi tersebut, maka jumlah Pendapatan Nasional adalah Rp10.000,- yang merupakan nilai akhir dari ikan tuna tersebut. Nilai yang sama akan didapatkan dengan menjumlahkan nilai akhir dari produksi ikan tuna.

Klasifikasi Perekonomian Indonesia:

Menurut International Standard Industrial Classification (ISIC), pereokonomian Indonesia dibagi menjadi beberapa sektor atau lapangan usaha yang terbagi ke dalam tiga kelompok, antara lain:

ü  Sektor Primer :

Sektor ini mencakup kebutuhan pokok rakyat Indonesia pada umumnya, yakni sandang, papan dan pangan.Sektor ini terdiri dari pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan, serta pertambangan dan penggalian.

ü  Sektor Sekunder :

Sektor ini adalah sektor yang masih berisi kebutuhan manusia di kehidupan sehari-hari, meskipun bukan termasuk kebutuhan pokok. Sektor ini terdiri dari industri pengolahan, listrik, air dan gas.

ü  Sektor Tersier :

Sektor ini adalah sektor yang berisi hal-hal yang bukan kebutuhan pokok, bahkan bisa dikategorikan sebagai kemewahan di kehidupan sehari-hari.Sektor ini terdiri dari perdagangan, hotel, restoran, pengangkutan, telekomunikasi dan jasa lain-lain.

 

Pendapatan Perkapita

Ternyata selain dengan melihat pendapatan nasional tingkat kesejahteraan suatu negara dapat dilihat melalui  pendapatan per kapita juga lhoPendapatan per kapita juga sering digunakan untuk membedakan tingkat kemajuan ekonomi antarnegara. Semakin tinggi angka pendapatan per kapita, kemakmuran rakyat dianggap makin tinggi

Saat melihat berita di televisi kita mungkin sering mendengar istilah pendapatan perkapita (PPK atau GDP).Istilah ini biasanya digunakan ketika si pembawa berita sedang membahas perekonomian suatu negara atau wilayah.Secara umum, perkapita merupakan tolok ukur kesejahteraan dan kemakmuran suatu negara sebab nilainya didapatkan dari pendapatan rata-rata penduduk di negara tersebut.

Pendapatan rata-rata penduduk ini juga merupakan gambaran Produk Domestik Bruto (PDB) perkapita.  Dalam ekonomi, PDB sendiri merupakan nilai pasar seluruh barang dan jasa yang diberlakukan suatu negara pada kurun waktu tertentu.Inilah mengapa, baik antara pendapatan nasional maupun perkapita memiliki hubungan yang erat.

 

Pendapatan per kapita adalah tingkat rata-rata pendapatan penduduk suatu negara pada periode tertentu yang diperoleh dengan membagi jumlah pendapatan nasional (biasanya dalam PDB) dengan jumlah penduduk di negara tersebut. 

Pernahkah kamu memperkirakan berapa pendapatan rata-rata penduduk Indonesia yang berjumlah 262 juta jiwa ini?  pada tahun 2017 berdasarkan data dari International Monetary Fund diperkirakan pendapatan per kapita Indonesia sebesar US$13.120 dan menempati posisi ke 5  se-Asia Tenggara lho. Hebat ya!

Yang lebih hebat lagi, ternyata kamu juga bisa lho menghitung sendiri pendapatan per kapita suatu negara.

 

Mengapa Pendapatan Perkapita Perlu Dihitung ?

Untuk menjadi negara yang maju dan sejahtera, pemerintah memerlukan gambaran tentang bagaimana kondisi perekonomian di negara mereka.Hal ini diperlukan agar setiap tindakan dan kebijakan yang dikeluarkan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan ekonomi penduduknya.

Inilah mengapa pendapatan rata-rata penduduk perlu dihitung. Tanpa mengetahui angka yang tepat, pemerintah pasti akan mengalami kesulitan untuk mengetahui tolok ukur kondisi perekonomian suatu negara. Bayangkan jika perkapita tidak diketahui dan dimonitor dengan baik.Maka negara akan mengalami kesulitan untuk memunculkan inovasi yang bertujuan memajukan perekonomian negaranya. Singkat kata, pendapatan perkapita merupakan bagian penting dalam laju pertumbuhan ekonomi suatu negara.

 

Bagaimana Cara Menghitung Pendapatan Perkapita?

Pendapatan rata-rata penduduk sebuah negara bisa dihitung dengan 2 metode, yaitu:

1.      GDP bisa dihitung berdasarkan harga yang berlaku atau disebut juga dengan pendapatan perkapita nominal.

2.      GDP bisa dihitung berdasarkan harga tetap (konstan) diambil dari tahun acuan atau disebut juga dengan GDP riil.

GDP bisa diperoleh dengan cara membagi pendapatan nasional dengan jumlah penduduk di suatu negara.

Pendapatan nasional yang dimaksud adalah Produk Nasional Bruto (PNB).PNB tentu berbeda dengan PDB, karena PNB memasukkan pendapatan faktor produksi dari luar negeri.

Sedangkan PDB menghitung total produksi tanpa menghitung apakah produksi tersebut dilakukan dengan memakai faktor produksi dalam negeri atau tidak. PNB merupakan nilai produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh penduduk selama kurun waktu satu tahun.

 

Perhitungan Pendapatan Perkapita Nominal

Rumus yang digunakan ini melibatkan PNB berdasarkan harga yang sedang berlaku.

 

misalnya:

Angka PNB suatu negara pada tahun 2019 adalah 1.300.567.000 dengan jumlah penduduk 262 juta jiwa pada tahun yang sama. Untuk menghitung GDP bisa digunakan rumus:

 

PPK = PNB : Jumlah Penduduk

 

Maka nilai GDP negara di atas adalah:

PPK = 1.300.567.000 : 262.000.000
= 0.0049639961832061 atau 4.963.996.

 

Perhitungan Pendapatan Perkapita Riil

Di sebuah negara, PNB tahun dasar 2010 adalah 400.000.000.000 , sedangkan angka PNB nya 1.300.567.000 pada tahun 2019 dengan jumlah penduduk 262 juta jiwa. Berdasarkan harga tetap, maka nilai PPK atau GDPnya adalah:

PPK = PNB konstan : Jumlah Penduduk

Maka nilai GDP negara tersebut adalah:

PPK = 400.000.000.000 : 262.000.000
= 0.0015267175572519 atau 1.526.717

 

Berdasarkan perhitungan di atas dapat dilihat bahwa pendapatan perkapita nominal suatu negara adalah 4.963.996 dengan pendapatan riil sebesar 1.526.717.Dari sini dapat kita simpulkan bahwa PPK nominal jumlahnya 3 kali lebih besar daripada PPK riil.

Distribusi Pendapatan



 

Kaya vs Miskin

Agar suatu negara bisa dianggap sejahtera adalah dengan melihat bagaimana negara tersebut mendistribusikan pendapatan nasionalnya. Apakah pendapatan nasional didistribusikan secara merata ataukah malah timpang? Nah untuk tahu hal tersebut terdapat beberapa indikator yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat ketimpangan distribusi pendapatan yaitu dengan  Koefisien Gini.

Koefisien Gini biasanya diperlihatkan oleh kurva yang disebut Kurva Lorenz. Kurva ini memperlihatkan hubungan kuantitatif antara persentase jumlah penduduk dan persentase pendapatan yang diperoleh selama kurun waktu tertentu, biasanya setahun.Untuk mengetahui ketimpangan distribusi pendapatan, perhatikan Kurva Lorenz berikut (gambar 1 dan 2)

Gambar 1

Dari Kurva Lorenz tersebut, sumbu horizontal menggambarkan persentase jumlah penduduk, adapun sumbu vertikal menyatakan bagian dari total pendapatan yang diterima oleh penduduk tersebut. Garis diagonal di tengah disebut garis kemerataan sempurna, karena setiap titik pada garis diagonal merupakan tempat kedudukan persentase jumlah penduduk yang sama dengan persentase penerimaan pendapatan.

Semakin jauh jarak garis Kurva Lorenz dari garis diagonal, semakin tinggi tingkat ketidak merataan distribusi pendapatannya. Semakin dekat jarak garis Kurva Lorenz dari garis diagonal, semakin tinggi tingkat pemerataandistribusi pendapatan.

Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa, distribusi pendapatan semakin merata jika nilai Koefisien Gini mendekati nol (0).Sebaliknya, suatu distribusi pendapatan dikatakan semakin tidak merata jika nilai Koefisien Gini makin mendekati satuKategori ketimpangan pendistribusian pendapatan dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Nilai Koefisien

Distribusi Pendapatan

< 0,4

Tingkat Ketimpang Rendah

0,4 – 0,5

Tingkat Ketimpang Sedang

> 0,5

Tingkat Ketimpang Tinggi

 

 Presensi


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Materi Ekonomi Kelas 11 IPS C (24 Maret 2022)

Presensi Siswa Mapel Ekonomi

Materi Daring Kls 11 (30Mr t)